Contoh Nama Produk yang Bisa 100% Lolos HaKI

Contoh nama produk – Banyak banget owner bisnis yang datang ke saya, terutama pas lagi bikin logo, tiba-tiba nanya: “Mas, kira-kira nama produk saya bisa lolos HaKI gak ya?” Nah, di sini saya harus jujur—saya desainer grafis, bukan konsultan merek resmi. Jadi ya, kalau soal hukum detailnya, saya juga gak mau sok tau. Tapi dari pengalaman mendesain logo untuk berbagai brand, saya punya beberapa insight soal contoh nama produk yang biasanya lebih berpeluang lolos HaKI (Hak Kekayaan Intelektual).

 

Bayangkan saja, bikin logo sudah keren, tapi ternyata nama produknya nyangkut di pendaftaran HaKI. Rasanya tuh kayak sudah beli bakso, tapi pas mau makan ternyata kuahnya habis. Sakitnya tuh di sini. 😅

HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) adalah perlindungan hukum untuk karya cipta, termasuk merek dagang. Kalau nama produk kamu sudah terdaftar, maka orang lain gak bisa sembarangan pakai nama yang sama atau mirip.

 

Buat saya sebagai desainer, HaKI itu penting banget. Karena branding bukan cuma soal visual, tapi juga soal legalitas. Mau secantik apa pun desain logo yang saya buat, kalau nama produknya gak bisa didaftarin, ya percuma aja.

 

Menurut Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), pendaftaran merek yang sah akan melindungi bisnis dari risiko sengketa hukum dan pemalsuan. Jadi ya, bukan sekadar formalitas, tapi memang investasi jangka panjang buat brand kamu.

Contoh Nama Produk Populer yang Sudah Lolos HaKI

Kalau kita belajar dari merek-merek besar, mereka semua punya ciri khas di nama produknya.

 

Berikut beberapa contoh:

      • Indomie → singkatan dari “Indonesia” dan “mie”, unik banget dan langsung merepresentasikan produk.
      • Kapal Api → sederhana, tapi punya kekuatan visual yang kuat (kebayang kan kapal api legendaris itu?).
      • Aqua → satu kata, singkat, mudah diingat, dan berhasil jadi generik di kategori air minum.
      • Wardah → nama dengan nuansa islami, jadi pembeda sekaligus positioning produk halal.
      • Le Minerale → selain nama, mereka juga mendaftarkan desain botol dan tutupnya. Jadi bukan sekadar huruf, tapi keseluruhan identitas.
      • Eiger → khas, pendek, gampang diingat, pas banget untuk produk outdoor.
      • Happytos → nama yang ceria, fun, dan cocok banget untuk snack.
      • Lemonilo → kreatif, gabungan kata lemon + “ilo” yang bikin terdengar fresh.
      • Kopi Kenangan → storytelling banget, bukan sekadar kopi, tapi bawa emosi dan memori.

Coba perhatikan, gak ada nama yang generik kayak “Air Segar” atau “Mie Lezat”. Semua ada twist uniknya.

Faktor-Faktor yang Membuat Nama Produk Bisa Lolos HaKI

Dibawah ini ada beberapa hal dari hasil diskusi saya dengan beberapa klien owner bisnis yang sudah lolos HaKI.

1. Keunikan dan Pembeda

Nama produk harus punya karakter sendiri. Kalau mirip sama yang sudah ada, kemungkinan besar ditolak.

2. Tidak Meniru Merek Lain

Contoh kasus: Hoki-Hoki Bento yang dianggap mirip dengan Hoka-Hoka Bento. Ujung-ujungnya bisa ribet karena dianggap pelanggaran.

3. Sesuai Ketentuan Hukum

Nama gak boleh mengandung kata-kata kasar, diskriminatif, atau menyinggung pihak tertentu. Kalau bikin nama produk makanan lalu dikasih nama “Mie Neraka”, mungkin unik, tapi bisa aja kena masalah di regulasi.

4. Dipakai untuk Tujuan Komersial

Nama produk harus benar-benar digunakan dalam bisnis. Gak bisa asal daftarin terus disimpan aja kayak koleksi kelereng.

Cara Membuat Nama Produk yang Unik dan Berpotensi Lolos HaKI

Nah, ini bagian seru. Kami di vectorinesia membuat E-book  20 Metode Membuat Nama Bisnis yang bisa kamu ikuti, cukup dengan traktir kami semangkok Bakso kamu bisa dapatkan ebooknya.

 

Dari pengalaman saya, ada beberapa cara manual buat bikin nama produk:

1. Modifikasi Kata Umum

Ambil kata sehari-hari, lalu ubah sedikit. Asalkan masih mudah dibaca dan gak memiliki kesan negatif, nama yang kamu buat berpotensi lolos.

 

Contoh: dari kata “Happy” jadi Happytos.

2. Gunakan Bahasa Daerah atau Asing

Kelebihan kita di Indonesia adalah kita punya banyak banget kosakata bahasa daerah, kenapa ga dimanfaatkan. Pilih kata yang berhubungan secara khusus atau luas, modifikasi sedikit.

Misalnya, “Rasa Legi” untuk produk kuliner khas nusantara serba manis. Atau bisa juga pakai bahasa asing yang relevan dengan produk.

3. Gabungkan Nama Orang dengan Produk

Gak harus nama pemiliki, tapi bisa pakai nama yang masih ada kemiripan konsep. Contoh udah banyak, saya kasih 2 nih, Kebab Turki Baba Rafi dan Pecel Lele Lela. Jadi ada sentuhan personal plus nyambung ke produk.

4. Nama yang “Out of Context”

Kadang justru yang gak ada hubungannya itu lebih unik. Misalnya, “Apple” untuk teknologi. Siapa yang nyangka buah bisa jadi ikon gadget?

 

Selama bukan dari merek internasional atau terkenal maka kemungkinan lolosnya besar

Kalau bingung, biasanya saya suka bercanda sama klien: “Boleh juga kalau dikasih nama mantan, biar gak bisa dipakai orang lain.” Tapi hati-hati, mantannya bisa nuntut balik. 😂

Diskusi dan Tempat Belajar Soal Nama Produk

Kalau kamu serius mau daftar HaKI, jangan cuma modal feeling. Kamu bisa diskusi langsung ke Dinas Perindustrian atau Perdagangan (Disperindag) di daerah. Kadang ada program pendaftaran gratis untuk UMKM dengan kuota terbatas.

 

Kalau daftar sendiri biayanya sekitar Rp500.000 untuk UMKM (dengan surat pernyataan) atau Rp1.800.000 untuk mandiri. Jangan sampai salah langkah, karena kalau ditolak, uangnya bisa hangus.

 

Saya sendiri pernah nemenin klien ke Disperindag Tangerang Selatan buat daftar merek. Dari situ jadi tahu prosesnya gak ribet, asal dokumennya lengkap dan namanya memang unik.

 

Alternatif lain, kamu juga bisa pakai jasa konsultan merek. Lebih mahal, tapi biasanya lebih aman karena mereka tahu aturan mainnya.

Kesimpulan

Bikin nama produk itu gak bisa asal keren di telinga aja. Harus unik, punya diferensiasi, dan tentu saja lolos HaKI. Dari pengalaman saya sebagai desainer grafis, nama produk yang bagus biasanya:

      • Singkat dan mudah diingat
      • Punya identitas kuat
      • Tidak meniru merek lain
      • Sesuai aturan hukum

Belajarlah dari merek-merek besar seperti Indomie, Aqua, Wardah, dan lainnya. Jangan takut untuk eksplorasi bahasa daerah, gabungan kata, atau bahkan ide-ide yang “nyeleneh tapi relevan”.

 

Ingat, branding itu bukan cuma soal logo. Nama produk adalah pondasi yang akan terus melekat di benak konsumen. Jadi, pikirkan dengan serius, tapi jangan sampai kebanyakan mikir kayak mau ujian skripsi. 😁

FAQ

1. Apa itu HaKI dan kenapa penting untuk nama produk?

HaKI adalah perlindungan hukum atas karya cipta, termasuk merek dagang. Nama produk yang terdaftar HaKI melindungi bisnis dari penjiplakan atau sengketa.

2. Bagaimana cara membuat nama produk yang unik?

Gunakan kombinasi kata baru, bahasa daerah, nama orang, atau modifikasi kata umum. Yang penting mudah diingat, tidak meniru, dan sesuai aturan hukum.

3. Apakah semua nama produk bisa didaftarkan ke HaKI?

Tidak. Nama yang mirip dengan merek lain, mengandung kata kasar, atau tidak digunakan secara komersial biasanya ditolak.

4. Berapa biaya pendaftaran merek dagang di Indonesia?

Untuk UMKM sekitar Rp500.000 (dengan surat pernyataan dari dinas), sementara pendaftaran mandiri Rp1.800.000.

5. Apakah saya perlu konsultan merek untuk daftar HaKI?

Tidak wajib. Bisa daftar mandiri lewat DJKI atau dengan bantuan Disperindag. Tapi kalau ingin lebih aman, bisa gunakan konsultan merek.

Artikel  – Contoh nama produk

Penulis

Reza Pahlevi, juga dikenal sebagai reziart, adalah seorang penulis dan desainer grafis di Vectorinesia.com. Dia adalah pemilik Vectorinesia Studio dan Toko Amanasnack. Cita-citanya adalah membuat UMKM Indonesia memiliki brand visual yang keren dan bersaing global. Misi utamanya adalah memberikan jasa desain logo terjangkau melalui Jasa Desain Logo di Studio Vectorinesia. Reza memiliki pengalaman dalam menjual aset grafis di berbagai website microstock terkenal.